Menu

Cerita Hubungan Penuh Adaptasi dan Tantangan Antara Media Sosial dan WALHI

28 Februari, 2023

Aktivitas digital masyarakat Indonesia meningkat cepat seiring masuknya berbagai varian Covid-19 dan himbauan untuk tetap berada di rumah. Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2020 mencapai angka 196,7 juta dan menjadi 202,6 juta orang pada tahun 2021. Hal ini menjadi salah satu pemantik terjadinya transformasi digital pada berbagai bidang. Mulai dari kegiatan belajar mengajar, bekerja, berbisnis, hingga berbelanja, semua dilakukan secara digital.

Salah satu yang juga merasakan hadirnya transformasi digital adalah Organisasi Masyarakat Sipil (OMS). Arus informasi yang semakin cepat membuat OMS harus memutar otak, memikirkan bagaimana caranya agar pesan dan isu yang dibawa organisasi dapat tetap eksis dan tidak teredam banyaknya informasi lain di era digital saat ini. Hal ini juga menjadi perhatian bagi tim Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), sebuah organisasi yang fokus mengangkat isu-isu lingkungan serta kebijakan di dalamnya.

Strategi Menyebarkan Pesan Organisasi Lewat Media Sosial

Pada kesempatan wawancara yang dilakukan oleh tim Re.Search kepada WALHI, Fathur Roziqin Fen (Iqin) selaku Public Engagement Team Leader Eksekutif Nasional WALHI menceritakan bahwa saat ini seluruh organisasi dituntut untuksemakin adaptif dalam menyampaikan pesan di media digital khususnya media sosial. Mulai dari membangun strategi komunikasi, mengkreasikan konten hingga memaksimalkan penggunaan fitur dan layanan yang disediakan oleh setiap platform digital.

WALHI sendiri mulai aktif bermain di media sosial sejak 3 periode terakhir. Iqin mengakui bahwa bagi WALHI media sosial merupakan outlet yang efektif untuk menyebarkan informasi, gagasan, kampanye, dan berbagai kegiatan lain ke audiens publik. Beberapa media sosial yang digunakan oleh WALHI antara lain WebsiteFacebookTwitterInstagram dan Youtube.

Tampilan website WALHI (sumber gambar: https://www.walhi.or.id/)

Untuk mengelola media-media tersebut, WALHI menyiapkan tim khusus Public Engagement yang bertugas mulai dari membangun konten, memvisualkan konten, hingga menjadi admin. Tidak hanya itu, Iqin menjelaskan bahwa saat ini dia bersama dengan tim nya sedang menyusun strategi komunikasi seperti mendalami model pengembangan konten untuk setiap platform, bagaimana menentukan segmentasi konten berdasarkan target audiens, hingga menyajikan isu-isu yang terupdate untuk menjaga engagement.

Iqin juga menjelaskan terdapat dua jenis konten yang disajikan oleh WALHI, yaitu kampanye substansi yang sifatnya sudah direncanakan dalam kurun waktu tertentu, seperti pesan apa yang ingin diangkat, misi yang menjadi target, serta kegiatan WALHI selama setahun ke depan. Kemudian ada juga jenis konten emergency yaitu berupa respon terhadap isu-isu yang sedang terjadi di berbagai daerah.

Selain menyusun strategi komunikasi, monitoring dan evaluasi tidak luput dari perhatian WALHI. Monitoring dan evaluasi media sosial berfungsi untuk memperoleh insight terhadap kecenderungan konten seperti apa yang paling diminati, metode apa yang sebaiknya dilakukan dalam membangun konten, serta melihat seberapa besar engagement yang dihasilkan dari suatu konten. Walaupun ini pertama kalinya WALHI melakukan monitoring dan evaluasi, tapi Iqin yakin bahwa kegiatan ini dapat mempengaruhi bagaimana cara sebuah organisasi dalam menyampaikan pesan mereka.

Kepentingan Organisasi Sebagai Filter Dalam Membangun Konten

Salah satu hal yang tidak kalah penting adalah koordinasi. Bagi WALHI yang terdiri atas Eksekutif Nasional dan Daerah, maka koordinasi menjadi hal yang harus ada. Tidak hanya dalam menjalankan kegiatan organisasi, tapi juga dalam membangun konten di media sosial. Hal ini dikarenakan tidak semua isu lingkungan yang ada, bisa dijadikan konten.

Menurut Iqin, semua harus kembali lagi kepada kepentingan organisasi. Ada batasan, prinsip, dan nilai yang dimiliki WALHI dimana hal tersebut menjadi sebuah filter dalam menanggapi suatu isu sebelum menjadikannya konten yang layak untuk disebarluaskan.

Apa yang kami unggah tentu saja berdasarkan apa yang sedang kami kerjakan, jadi bukan yang dikehendaki oleh orang/individu, tapi merupakan hal yang dikehendaki oleh kepentingan organisasi.

Fathur Roziqin Fen, Public Engagement Team Leader Eksekutif Nasional WALHI

Hal inilah yang membedakan WALHI dengan organisasi lingkungan atau media mainstream pada umumnya. Iqin menjelaskan bahwa WALHI tidak pernah mengejar rating atau clickbait dari konten yang dibangun. Namun, ini tidak membuat WALHI seenaknya dalam memproduksi konten. Hal-hal seperti prinsip-prinsip jurnalisme, bagaimana menyusun siaran pers, dan menentukan judul harus tetap dipahami untuk bisa menghasilkan konten yang berkualitas.

Media Digital : Tantangan bagi OMS

Media digital memang menawarkan banyak kemungkinan baru bagi OMS untuk bisa menyuarakan pesan organisasi dan menjangkau audiens yang lebih luas. Namun, bukan berarti peluang ini adalah jalan tanpa hambatan. Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh OMS dalam upayanya menyebarluaskan pesan melalui media digital.

Iqin menjelaskan bahwa salah satu tantangan yang sering dihadapi tim nya yaitu strategi dalam pengemasan bahasa. Bagaimana mentransformasi sebuah isu menjadi pesan yang mudah dipahami publik dengan menggunakan bahasa yang lebih ‘membumi’. WALHI sadar pengguna media digital berasal dari berbagai kalangan dengan beragam profil. Oleh karena itu, penggunaan bahasa dan diksi-diksi yang mudah dimengerti oleh semua kalangan menjadi salah satu kunci keberhasilan suatu pesan dapat tersampaikan.

Salah satu postingan Instagram WALHI mengenai protes Wadas (sumber foto: Instagram WALHI)

Selain bahasa, yang menjadi tantangan selanjutnya adalah memvisualkan pesan. Bagaimana menentukan visual yang baik dengan gambar dan ilustrasi yang sesuai. Iqin mengakui bahwa hal ini juga masih menjadi ‘PR’ dalam timnya.

Belum lagi dinamisme perkembangan media digital yang sangat cepat. Munculnya fitur-fitur baru hingga hadirnya informasi lain yang lebih menarik membuat OMS harus terus belajar dan beradaptasi dalam mengolah isu yang ingin dibawa agar dapat menjadi topik yang relevan dan menarik di masyarakat.

Walaupun ada banyak tantangan dalam menyampaikan pesan di media digital, OMS tetap perlu bahkan wajib menggunakan media digital sebagai saluran diseminasi yang efektif dan cepat bagi organisasi. Dengan catatan, OMS harus tetap bijak dalam memilih platform media digital yang ingin dimanfaatkannya, agar transformasi digital pada OMS tidak hanya menjadi fenomena “latah” semata tanpa memikirkan kesesuaiannya pada visi dan misi organisasi.

Ini bukan lagi masalah relevansi media digital dengan OMS, tapi masalah kebutuhan organisasi dalam menjawab perkembangan transformasi digital saat ini.

Fathur Roziqin Fen, Public Engagement Team Leader Eksekutif Nasional WALHI

Share this page

facebook twitter linkedin whatsapp messenger telegram gmail outlook email

cross